Merdeka Belajar untuk Reformasi Pendidikan Nasional pendikinfo.blogspot.com - Kebijakan Merdeka Belajar memberi kemerdekaan setiap unit pendidikan berinovasi. Konsep ini harus menyesuaikan kondisi di mana proses berguru mengajar berlangsung, baik sisi budaya, kearifan setempat, sosio-ekonomi maupun infrastruktur. Kemendikbud mempersiapkan taktik yang tidak akan keluar dari esensi pendidikan, adalah kualitas guru. Guru tidak akan mungkin mampu digantikan teknologi. Konsep pelatihan guru akan berganti dari versi seminar atau lokakarya menjadi training yang lebih praktis. Kurikulum yang mudah diketahui dan lebih fleksibel juga menjadi salah satu hal yang diharapkan untuk mendukung implementasi Merdeka Belajar. Kurikulum yang mampu mendorong para guru semoga dapat memilih materi atau metode pembelajaran dengan mutu tinggi, namun sesuai tingkat kompetensi, minat, dan bakat masing-masing siswa. Teknologi untuk Akselerasi Mendikbud menegaskan, keberagaman pendekatan yang ada menciptakan aneka macam macam teknik dan inovasi di setiap daerah, sekolah, dan siswa. Semua itu hanya mampu dilaksanakan cuma dengan pinjaman teknologi. Merdeka Belajar tidak akan mungkin mampu sukses tanpa teknologi. Keberagaman selaku Esensi Setiap siswa, sekolah, dan tempat memiliki tingkat kompetensi fundamental, literasi, dan numerasi yang berbeda. Sehingga, kurang masuk logika kalau memaksakan sebuah tingkat patokan di setiap tahun pembelajaran dalam kurikulum. Keberagaman minat dan kemampuan yang dimiliki siswa menjadi alasan paling besar lengan berkuasa agar pengukuran kinerja siswa dihentikan dinilai cuma menggunakan angka-angka pencapaian akademik, namun juga banyak sekali macam aktivitas lain atau ekstrakurikuler. Semoga berfaedah, Kearifan lokal juga merupakan komponen penting dalam pembelajaran. Setiap siswa akan lebih memahami bahan jika memakai konteks setempat. Profil Pelajar Pancasila Kemendikbud telah memutuskan enam indikator sebagai profil pelajar Pancasila. Enam profil tersebut yakni pertama , bernalar kritis agar mampu memecahkan dilema . Hal ini bekerjasama dengan kesanggupan kognitif. Kedua , kemandirian , yakni siswa secara independen termotivasi mengembangkan kemampuannya, bisa mencari wawasan serta termotivasi. Ketiga , yakni inovatif , di mana siswa mampu menciptakan hal gres, berinovasi secara mandiri, dan mempunyai rasa cinta terhadap kesenian dan budaya. Keempat , gotong-royong , di mana siswa mempunyai kemampuan berkolaborasi yang merupakan softskill utama yang paling penting di kala depan agar mampu bekerja secara tim. Kelima , kebinekaan global yang merupakan upaya biar siswa mencintai keberagaman budaya , agama dan ras di negaranya serta dunia, sekaligus memastikan mereka juga warga global. Keenam , berakhlak mulia . Di sinilah moralitas, spiritualitas, dan budbahasa berada. Pembelajaran Darurat Mendikbud memahami keadaan pembelajaran jarak jauh di periode darurat Covid-19 dikala ini tidak berlangsung optimal. Namun, dengan keluarnya semua orang, baik guru, orang renta, juga siswa, dari zona tenteram masing-masing, dinilainya akan kian melatih karakter adaptif, kreatif dan kreatif dari komunitas pendidikan. Semoga bermanfaat, Salam Pendidikan😊 https://pendikinfo.blogspot.com
Sumber https://pendikinfo.blogspot.com
Minggu, 09 Agustus 2020
Merdeka Berguru Untuk Reformasi Pendidikan Nasional
Diterbitkan Agustus 09, 2020
Artikel Terkait
- Guru Kunci Penyelesaian Masalah Sumber Daya Manusia Jakarta, Kemendikbud --- Ketel
- Pedoman Penyelenggaraan Upacara Peringatan Hari Kesaktian Pancasila Tahun 2019 H
- Apa itu Program Indonesia Pintar (PIP)? pendikinfo.blogspot.com - Pro
- Menteri PARNB Terbitkan Surat Pengadaan ASN Tahun 2019 Kementerian Pendayag
- Download Contoh Soal UN dan Ringkasan Soal UN SMP 2018/2019 Ujian Nasional (U
- Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2019 ihwa
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
EmoticonEmoticon