Kamis, 29 Oktober 2020

Gernas Baku 2019: Membahagiakan Anak Dengan Membacakan Buku

Gernas Baku 2019: Membahagiakan Anak dengan Membacakan Buku Membaca mampu diibaratkan membuka jendela dunia sebab dengan membaca akan memperluas pengetahuan seseorang. Karena itu, kebiasaan membaca buku harus dimulai sejak usia dini. Pengenalan membaca buku dibutuhkan dimulai dari lingkup keluarga. Di sinilah pentingnya kontribusi orang renta yaitu membacakan buku sebagai bentuk pengasuhan untuk memaksimalkan kesanggupan berkoordinasi dan berbahasa sejak dini. Menyadari pentingnya hal tersebut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (Direktorat Bindikel, Ditjen PAUD Dikmas) kembali melakukan Gerakan Nasional Orang Tua Membacakan Buku (Gernas Baku). “Alhamdulillah kita dapat berkumpul pagi ini untuk merayakan bareng Gerakan Nasional Orang Tua Membacakan Buku. Ini mempunyai tujuan yang mulia ialah melekatkan emosi bunda, ayah dan anak. Kelekatan emosi orang renta dan anak akan memungkinkan jiwa anak tumbuh dengan sempurna serta mengenalkan kecintaan terhadap buku,” demikian disampaikan Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (Dirjen PAUD Dikmas), Harris Iskandar, saat membuka acara Gernas Baku di PAUD KM 0, kantor Kemendikbud, Jakarta, pada Sabtu pagi (27/7/2019). “Kalau ini dibiasakan akan menjadi budaya dan menimbulkan Indonesia lebih baik. Orang membaca buku adalah orang yang bahagia. Kalau ingin membahagiakan anak, bacakan saja buku. Saya optimis sudah mulai banyak yang mengenal Gernas Baku. Artinya mereka sudah memahami pentingnya itu, dan kita mendukung itu semua,” ujar Dirjen Harris. Ditemui awak media usai program, Harris menjelaskan bahwa pengasuhan anak harus berada di bawah orangtua, bukannya orang lain. “Oleh sebab itu, tidak boleh salah satu lepas apalagi diserahkan pada pengasuh, kepada orang lain. Ini mesti orang tuanya pribadi, baik ibunya maupun bapaknya. Kesempatan ini jangan disia-siakan alasannya anak umur 4 s.d.5 tahun, bahkan usia SD ialah umur yang sangat bagus sekali untuk menumbuh kembangkan aksara-abjad baik yang kita harapkan,” terang Harris. Diungkapkan Harris, ketersediaan buku berkualitas juga tidak kalah penting. Kondisi geografis Indonesia kadang menyulitkan distribusi buku ke kawasan terpencil. “Tadi saya juga telah tanya orang bau tanah, alhamdulillah untuk di tempat Jakarta mungkin tidak ada dilema, maka itu kami ingin berdialog dengan orang bau tanah di NTB dan Papua untuk mengecek apakah mereka mempunyai kendala dalam berbelanja buku? Kalau di Jakarta tidak duduk perkara. Saya juga mengalami setiap minggu itu menjinjing anak dan cucu itu berbagai buku. Cuma kan belum tentu untuk di daerah luar Jawa ketersediaan buku-buku yang elok itu banyak. Hal ini penting karena tidak semua buku manis,” ungkap Harris. Hal yang tidak kalah memprihatinkan, lanjut Harris, ialah keadaan di mana belum dewasa semenjak usia dini sudah kecanduan gawai. Oleh alasannya adalah itu, dengan adanya gerakan ini, diperlukan mampu mengembalikan kesadaran orang renta tentang ancaman gawai pada berkembang kembang anak. “Makara kita mulai membiasakan buku, nanti kita tidak 100% dikonsumsi oleh gadget. Ini salah satu kampanye kami ke arah situ. Gadget itu efeknya buruk sekali terutama karena budayanya, ya ada efek dopamin, kecanduan ya, jadi anak akan lekat sekali dengan itu dan waktunya jadi terbuang percuma di layar. Padahal kurun bawah umur itu untuk gerak motorik sungguh penting. Pertumbuhan otot itu tidak akan berkembang tepat bila ia dari awal sudah dikenalkan gadget. Kedua, untuk kesehatan mata itu juga tidak bagus bagi anak. Banyak sekali imbas-efek kesehatan selain yang aku sebutkan tadi dan juga secara psikologi tidak manis, misalnya internet putih, ya internet khusus untuk anak tetap tidak semua orang renta mengikuti isyarat dari kita. Kebanyakan mereka membebaskannya begitu saja, parental guide di dalam menu tidak pernah dipakai, tidak inginribet orang bau tanah itu, alasannya adalah orang tuanya juga telah kecanduan dengan gadgetnya,”kata Harris Harris berharap semoga orang bau tanah mengendalikan dirinya saat berada di dekat bawah umur, artinya tidak terus menerus memakai gawai agar tidak ditiru oleh anak. “Orang tua telah kecanduan dan beliau tidak mau diganggu, dan dikasih juga gadget ke anaknya, kan ini bencana alam bener. Ini yang aku kira kita semua harus sadar, ini ancaman. Kita seluruh penduduk sadarkanlah semua orangtua ini marilah kita kembali membaca buku, coba minimalisir bila tidak mampu untuk tidak sama sekali, kita kurangi dalam waktu tertentu dan jangan menunjukan di depan anaknya. Dalam setiap kesempatan orangtua coba kendalikan diri, jadilah orangtua yang riil, bukan di depan anak kita pakai gadget. Anak itu akan mengikuti, anak itu adalah fotokopi yang paling baik mereka akan mereplikasi apa saja yang kita kerjakan jika kita stick dengan gadget mereka akan begitu juga,” ungkap Harris. Dengan adanya Germas Baku, Kemendikbud mengajak warga penduduk , para mitra yang mempunyai jaringan hingga ke tingkat desa, bersama-sama menggerakkan semua anggotanya untuk mulai membiasakan ini sehingga bukan sekedar menjadi imbauan namun diikuti dengan seni manajemen penyebarannya. “Saya kira kami cuma semacam orkestra saja, saling menyemangati. Kenapa kita kerjakan di hari yang serupa serempak? Supaya semangat saja bahwa kita itu bukan sendiri namun 230 ribu lembaga PAUD seluruh Indonesia. Syukur kalau seluruh keluarga Indonesia yang jumlahnya meraih 42 juta itu sudah mendengar perihal Gernas Baku dan terinspirasi untuk ikuti kebiasaan gres di rumahnya, utamanya keluarga muda,” pungkas Harris. Rangkaian pelaksanaan Gernas Baku digelar semenjak April 2019, dimulai dari pelaksanaan sosialisasi dan pelatihan. Selanjutnya, pada Mei 2019, para orang bau tanah diajak untuk menunjukkan kontribusi buku dan menghadirkan pojok baca di rumah dan sekolah. Selain itu, juga diselenggarakan kelas parenting untuk orang renta di berbagai kawasan. Puncak acara Gernas Baku dihadiri oleh sejumlah pejabat di lingkungan Kemendikbud dan para mitra serta seruan. Anak-anak PAUD KM 0 beserta orang bau tanah mereka juga turut memeriahkan program ini. Dalam acara ini juga dilaksanakan konferensi jarak jauh (tele conference) serempak di 3 provinsi, adalah DKI Jakarta, Nusa Tenggara Barat, dan Papua. Kegiatan ini diselenggarakan seiring dengan Festival Literasi Sekolah. Sumber: Kemdikbud Semoga bermanfaat, Salam Pendidikan 😊  
Sumber https://pendikinfo.blogspot.com


EmoticonEmoticon