Senin, 13 Juli 2020

Terasering: Pengertian, Jenis, Dan Fungsinya


Terasering sering Anda jumpai saat berkunjung di tempat pegunungan. Biasanya area tersebut ditanami dengan tanaman padi. Beberapa masyarakat juga menyebut daerah tersebut dengan istilah sengkedan atau sawah bertingkat.





Desain sawah tersebut sungguh efektif untuk daerah dataran tinggi, khususnya tanah yang bidangnya miring. Tanah yang tersedia menjadi mampu dimanfaatkan dengan maksimal oleh para petani.





Bahkan, bentuknya yang indah juga mempesona para wisatawan untuk berlibur di wilayah tersebut.






Pengertian Terasering





Menurut Sukarta Atmadja (2004), terasering didefinisikan sebagai





Terasering yakni suatu bangunan konservasi dari tanah dan air yang dibentuk secara mekanis. Tujuan pembuatannya yakni untuk meminimalisir kemiringan lereng dengan cara menggali tanah dengan posisi melintang. 





Dari definisi diatas terasering bisa diartikan sebagai suatu metode penataan tanah khususnya tanah yang memiliki kontur tidak rata dengan cara digali sehingga mampu dimaksimalkan fungsinya.





Sistem ini juga mempunyai peran penting dalam menghalangi terjadinya pengikisan dan degradasi lahan pada bidang tanah yang miring.





 



Jenis Terasering





Jenis terasering




Terdapat berbagai jenis terasering yang dipakai oleh para petani untuk mengolah lahan-lahan dataran tinggi dan lahan miringnya agar lebih gampang ditanami.





Secara lazim, berikut ini ialah jenis-jenis terasering yang ada dan sering digunakan





  • Teras Kredit
  • Teras Kebun
  • Teras Datar
  • Teras Guludan
  • Teras Bangku
  • Teras Individu
  • Teras Saluran
  • Teras Batu




Agar kalian dapat memahami setiap jenis terasering diatas, maka kita akan diskusikan satu per satu dibawah ini





Teras Kredit





Teras kredit atau sering disebut sebagai ridge terrace yaitu salah satu bentuk terasaering yang sering kita lihat di sawah-sawah lereng. Bentuk dari terasering ini yaitu berbentukguludan tanah ataupun kerikil sejajar kontur.





Fungsinya selaku penyambung antara akses air dengan guludan tanah. Terdapat beberapa syarat yang dibutuhkan untuk menciptakan jenis teras yang satu ini, diantaranya kedalaman tanahnya di atas 30 cm dengan tingkat kemiringan lereng berkisar 3 hingga 10 persen.





Selain itu, lokasinya harus mempunyai tanah yang mempunyai daya resap terhadap air cukup tinggi serta tidak terdapat terusan rawan longsor.





Dalam pembuatannya membutuhkan tenaga yang cukup banyak dan mesti memperhatikan tempatnya pula, di mana harus di kawasan yang jarang terjadi hujan yang lebat.





 



Teras Kebun





Jenis teras yang satu ini dibuat dengan desain sejajar kontur, sedangkan bagian yang lain didiamkan seperti keadaan aslinya. Hal tersebut memperlihatkan bahwa lahan yang letaknya ada di tengah-tengah antara dua teras yang saling bersebelahan tidak dijalankan pembuatan.





Tingkat kemiringan lerengnya mampu meraih 30 sampai 50%. Jenis teras ini biasa dipakai selaku lahan perkebunan. Pemanfaatan tanaman yang ditanam juga sekaligus sebagai epilog tanah.





 



Teras Datar





Teras datar juga sering disebut dengan ungkapan teras sawah. Desainnya mirip suatu tanggul dengan bentuk yang sejajar kontur. Pada bagian bawah dan atasnya juga dilengkapi dengan adanya kanal air.





Terdapat beberapa ketentuan dalam pembuatan teras ini, yaitu tingkat kedalaman tanahnya di bawah 30 cm dan kemiringannya cuma sekitar 3%. Selain itu, jenis flora yang ditanam merupakan jenis tumbuhan musiman dan letaknya ada di wilayah yang mempunyai intensitas hujan yang rendah dengan daya serap air pada tanah yang cukup tinggi.





Dengan penyerapan air yang baik pada tanah mampu mencegah terjadinya genangan. Tanah pada teras datar dihentikan adanya bebatuan, sehingga air dapat mengalir dengan tanpa hambatan lewat tebing terasering. Teras datar bertujuan selaku upaya supaya tanah tetap lembab dengan adanya lapisan tanah serta memperbaiki saluran air.





 



Teras Guludan





Teras guludan memiliki bentuk guludan dengan rancangan yang melintang pada lereng. Tingkat kemiringan lereng yang dipakai untuk menciptakan teras ini yaitu 10 sampai 15 persen. Sedangkan tingkat kedalaman tanahnya di atas 30 cm. Seperti jenis teras lainnya, teras guludan mesti dibentuk di wilayah yang memiliki daya serap air yang cukup tinggi.





Di samping itu, juga diharapkan adanya susukan air yang cukup aman. Saluran dibuat dengan bentuk yang melandai dengan tingkat kemiringan 0,1 persen. Hal tersebut memberikan bahwa tanah mampu menampung adanya endapan dari hasil pengikisan.





 



Teras Bangku





Yang dimaksud dengan teras dingklik yaitu teras yang posisinya memotong lereng, sehingga akan terlihat miring ke arah belakang. Hal inilah yang lalu menjadikan teras ini disebut teras bangku, sebab bentuknya yang menyerupai barisan bangku. Teras ini juga dilengkapi dengan pembuangan air. Supaya teras ini berpengaruh, maka tanahnya juga ditanami dengan rumput.





Medan yang dipakai untuk menciptakan teras ini sedikit berlawanan dengan jenis teras lain, adalah pada daya serap air. Untuk teras bangku, tanah yang digunakan mampu memakai tanah yang mempunyai daya serap yang cukup rendah. Teras ini membutuhkan modal cukup besar dalam pembuatannya. Dalam pengelolaannya juga tidak mampu memakai mesin berat.





 



Teras Individu





Seperti namanya, teras individu merupakan suatu teras yang ditanami satu tanaman di satu teras. Ukurannya beragam, disesuaikan dengan jenis flora yang ditanam. Biasanya, tanaman yang ditanam adalah sejenis tanaman kayu dan flora yang berfungsi sebagai penutup tanah.





Tingkat kemiringan lerengnya bisa meraih 10 hingga 50 persen dengan kedalaman tanah di atas 30 persen. Teknik pembuatan teras ini cukup sederhana, yaitu dengan menggali tanah di area yang hendak dipakai untuk menanam, lalu hasil galian tanahnya dimanfaatkan selaku penimbun lereng bawah hingga landai.





 



Teras Saluran





Teras saluran juga dikenal dengan perumpamaan parit buntu.  Bentuk teras ini yaitu lubang-lubang buntu yang berfungsi sebagai tampungan endapan tanah alasannya adanya sedimentasi. Syarat pembuatannya mesti dengan tingkat kemiringan lereng antara 3 hingga 10 persen dan kedalaman tanahnya di atas 30 cm.





Tekstur tanahnya bernafsu dan mempunyai daya serap yang cepat. Tumbuhan yang umum ditanam di lahan teras saluran yaitu jenis tumbuhan yang berkayu.





 



Teras Batu





Tersering ini memanfaatkan batu selaku pemisah jarak pada lahan. Pembuatannya diadaptasi dengan garis kontur yang ada. Area yang lazimnya dibentuk teras watu ialah wilayah yang memiliki banyak batu dan kerikil.





Teras watu juga mampu digunakan sebagai antisipasi dibuatnya teras bangku. Batu-batu yang terdapat di area tersebut dimanfaatkan sebagai lahan cocok tanam.





 



Fungsi Terasering





Fungsi Terasering




Terasering sendiri mempunyai fungsi utama untuk mematangkan lahan yang miring di lereng-lereng bukit ataupun gunung semoga mampu ditanami oleh para petani. Selain itu, terdapat pula fungsi-fungsi lain mirip meminimalisir pengikisan dan juga mengatur pengairan.





Selain dipakai untuk menanam padi, ternyata juga bisa digunakan untuk menanam tumbuhan yang berkayu maupun flora yang mampu berkembang subur di daerah pegunungan seperti sayur-sayuran berbentuksawi, wortel, bawang, bayam, dan lainnya.





Secara lazim, berikut ini yakni fungsi-fungsi yang dilaksanakan oleh terasering





  • Menjaga Kestabilan Lereng
  • Meminimalisir Erosi
  • Penampungan Air Hujan
  • Memudahkan Perawatan Lereng
  • Destinasi Wisata




Agar kalian lebih gampang memahami fungsi-fungsi diatas, kita akan membicarakan secara mendalam satu per satu fungsi tersebut dibawah ini.





Menjaga Kestabilan Tanah di Area Lereng





Tingkat kestabilan tanah di banyak sekali tempat tidaklah sama, begitu pula pada tanah di kawasan lereng. Aktivitas pertanian pastinya memerlukan lereng yang stabil untuk mempertahankan produktivitas dan keamanannya.





Oleh alasannya itu, tanah di daerah persawahan lereng dibentuk berbentuk terasering, semoga tetap bisa dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat.





 



Meminimalisir Terjadinya Erosi





Bentuk tanah yang curam pada lereng-lereng memiliki resiko tanah longsor yang cukup besar. Untuk itu, penduduk berpikir bagaimana caranya untuk meminimalisir resiko tersebut.





Dengan adanya penanaman pohon di tanah yang dibuat terasering, dapat menguatkan struktur tanah yang ada di lereng, sehingga bisa meminimalkan resiko longsor yang mungkin terjadi.





Hal ini menurunkan risiko bencana dan juga menciptakan kawasan pertanian lereng menjadi lebih aman untuk para petani dan masyarakat sekitar.





 



Tempat Penampungan Air Hujan





Desain teras yang bentuknya bertingkat mampu dimanfaatkan sebagai penampung air hujan. Itulah mengapa sebagian besar jenis tanah yang ada di kawasan lereng ialah tanah yang mempunyai daya serap air yang cukup tinggi.





Sehingga, kalau terjadi hujan, air tidak eksklusif menuju sungai dan menjelma runoff, melainkan bisa ditampung terlebih dahulu oleh undakan terasering.





Hal ini dapat mengembangkan akses tanaman terhadap air dan juga memperluas daerah resapan air di daerah tersebut.





 



Memudahkan Perawatan Lereng





Bentuk lereng yang landai dan condong licin akan sulit dirawat bila tidak dibuat terasering. Sebab medannya cukup berbahaya untuk dilintasi orang-orang dan sangat rawan terjadi longsor.





Dengan adanya konstruksi teknis yang berbentukterasering, mampu membuat lebih mudah penduduk untuk merawat tanah dan melaksanakan pertanian di daerah lereng pegunungan.





 



Sebagai Destinasi Wisata





Sebagian wisatawan bahkan terpesona untuk berkunjung di kawasan yang mempunyai terasering. Bentuknya yang berundak menjadi pesona tersendiri bagi para pengunjung. Oleh karena itu, tidak jarang terasering dijadikan sebagai objek wisata.





Bahkan, beberapa lukisan alam juga kerap mengakibatkan panorama terasering sebagai objek seni dua dimensi berupa lukisan. Baik sebagai objek utama ataupun selaku latar belakang.



Sumber ty.com


EmoticonEmoticon