Kamis, 09 Juli 2020

Era Perundagian: Pemahaman, Sejarah, Dan Cirinya


Masa perundagian ialah salah satu abad pada zaman prasejarah dimana manusia mulai mengenal pemanfaatan dan juga pengolahan materi dari logam.





Kehidupan insan praaksara perlahan mengalami evolusi seiring ditemukannya bijih logam. Manusia purba mempergunakan logam sebagai alat untuk bertahan hidup dan menciptakan beragam temuan gres yang lebih berkembang.





Ada juga yang menyebut periode perundagian dengan perumpamaan zaman perunggu, pasalnya sebagian pakar mengklasifikasikan perunggu selaku bab dari logam.





Tidak salah memang karena dari hasil inovasi yang didapatkan pun terdapat cukup banyak artefak dari olahan perunggu.





Para mahir meyakini insan prasejarah melakukan pembuatan bijih-bijih logam ini dengan metode a cire perdue dan bivalve. Kedua teknik ini memudahkan pembuatan logam sehingga pelan-pelan menggantikan batu-batuan.






Pengertian Masa Perundagian





Masa perundagian disebut juga selaku zaman logam, yakni kala dimana insan prasejarah telah mengenal bahan logam dan mampu mengolahnya menjadi peralatan untuk bertahan hidup.





Perundagian berasal dari asal kata undagi yang mempunyai arti tenaga andal. Hal ini didasarkan pada kemampuan manusia praaksara yang sudah mahir dalam memproses bijih logam menjadi alat-alat perkakas mereka.





Masa ini masuk kedalam zaman pra aksara dimana manusia masih belum mendapatkan aksara dan tulisan-goresan pena. Oleh alasannya adalah itu, para peneliti mengetahui masa perundagian ini lewat peninggalan-peninggalan manusia purba.





Namun, kurun ini terjadi sehabis zaman batu dimana manusia masih memakai perkakas kerikil seperti kapak genggam dan juga kapak perimbas.





Sekarang, manusia telah mulai memakai perunggu dan besi selaku materi dasar alat perkakas dan juga senjata mereka menggantikan watu-batuan.





 



Sejarah Masa Perundagian





Sejarah masa perundagian




Para hebat meyakini bahwa era perundagian terjadi pada tahun 500 sebelum masehi. Manusia yang hidup di zaman ini sudah mampu mengolah bijih logam menjadi peralatan sehari-hari melalui teknik peleburan.





Namun teknik ini belum tepat dan sehebat kini, melainkan masih menggunakan peralatan yang seadanya. Meski demikian, akhirnya hebat dan justru mampu bertahan sampai ribuan tahun kemudian.





Dimulainya kala perundagian ditandai dengan mulai dikenalnya bijih logam dan teknik peleburan logam oleh manusia primitif.





Pada abad ini pula terjadi pembaruan beberapa ras insan prasejarah yang menjalani kehidupan secara berkelompok, yaitu ras austromelanesia dan ras mongoloid.





Kemampuan kelompok ini dalam membuat peralatan logam menjadi mula munculnya teknologi undagi. Peralatan logam ini pun memajukan produktivitas dan daya saing mereka ketimbang manusia purba lain yang masih memakai peralatan batu.





Kebudayaan Perunggu





Persebaran kebudayaan perunggu di Indonesia dikerjakan oleh ras Deutero Melayu, atau melayu kuno. Kebudayaan perunggu ini mereka bawa dari Dong Son, suatu desa di Lembah Song Hong, yang sekarang berada di tempat Vietnam.





Sejak tahun 1000an SM, desa itu menjadi salah satu sentra kebudayaan perunggu di benua Asia. Oleh sebab itu, kebudayaan perunggu ini kerap dikenal sebagai kebudayaan dongson.





Deutero Melayu masuk ke Indonesia sekitar tahun 300 SM dan menyebar ke berbagai pulau sambil memperkenalkan teknologi pengerjaan peralatan berbahan perunggu.





Contoh hasil peninggalan Kebudayaan perunggu pada zaman perundagian adalah Nekara, Kapak Corong, Arca perunggu, komplemen dan senjata perunggu.





 



Kebudayaan Besi





Kebudayaan besi terjadi saat kemampuan undagi manusia menjadi makin maju.





Membuat perlengkapan dari besi memerlukan kemampuan membuat tanur besi, api yang cukup panas untuk melelehkan besi, menciptakan cetakan daerah penuangan cairan pijar besi, serta mengolah besi menjadi perlengkapan yang dibutuhkan.





Kebudayaan besi ini ditandai dengan hadirnya profesi akil besi dalam masyarakat abad undagi.





Peralatan dari besi memang lebih berpengaruh dan lebih tajam kalau daripada perlengkapan berbahan dasar perunggu. Alat yang dibuat antara lain mata tombak, mata panah, cangkul, sabit, dan mata bajak.





Sayangnya, benda peninggalan dari kebudayaan besi tidak banyak didapatkan karena sifatnya gampang berkarat sehingga lebih mudah hancur ketimbang perunggu. Pada kala itu, belum ditemukan cairan-cairan penghambat oksidasi dan perkaratan pada besi.





 



Ciri-Ciri Masa Perundagian





Ciri-ciri masa perundagian




Secara umum, terdapat beberapa ciri-ciri kehidupan insan purba pada era perundagian. Ciri-ciri tersebut antara lain yakni





  • Menganut doktrin animisme dan dinamisme
  • Bermukim di daerah pegunungan dan dataran rendah
  • Hidup berkelompok
  • Sudah memiliki kesanggupan menemukan dan mengolah bijih logam
  • Berkembangnya wawasan ihwal alam sekitar
  • Mulai bercocok tanam
  • Terbentuk struktur sosial primitif




Agar kalian lebih paham ciri-ciri yang sudah disebutkan diatas, kita akan membahas secara lebih detail dibawah ini.





Menganut Konsep Animisme dan Dinamisme





Manusia purba yang hidup semasa perundagian menganut rancangan dogma berupa animisme dan dinamisme.





Animisme yakni mempercayai keberadaan makhluk halus dan roh sebagai sesuatu yang patut dipuja. Umumnya, animisme ini berkaitan erat dengan roh leluhur dan juga hewan-hewan yang dianggap suci.





Sedangkan dinamisme meyakini bahwa benda-benda tertentu di bumi ini mempunyai kekuatan gaib yang mampu mengabulkan permintaan. Contohnya adalah pepohonan dan sejenisnya.





Kedua akidah ini merupakan bentuk dari iktikad yang kita sekarang kenal selaku paganisme.





 



Bermukim di Pegunungan atau Dataran Rendah





Kehidupan primitif manusia di abad perundagian pada umumnya berpusat pada daerah pegunungan atau dataran rendah.





Jika berdomisili di pegunungan, lazimnya mereka akan menetap tak jauh dari hutan dan hulu sungai karena banyak masakan yang mampu didapat dari alam. Sedangkan di dataran rendah biasanya tinggal di sekitar bantaran sungai ataupun sumber mata air lainnya.





Kedua hal ini berperan penting dalam mendukung keberlanjutan hidup penduduk purba pada kala perundagian.





 



Hidup Berkelompok





Manusia di zaman perundagian telah mengenal rancangan struktur sosial dan hidup tolong-menolong dalam suatu kelompok. Mereka tidak lagi tinggal secara individu, melainkan menetap bersama dengan satu hukum tunggal yang mengikat selaku kesatuan masyarakat.





Semakin usang kelompok penduduk ini akan makin meningkat sebab tak jarang terjadi pembauran antar suku. Selain itu, tentu saja akan ada kelahiran bawah umur baru sehingga ukuran kelompok ini perlahan-lahan membengkak.





 



Memiliki Kemampuan Mengolah Perkakas dari Logam





Yang menjadi ciri khas periode perundagian adalah insan pada kala ini bisa menciptakan beragam perkakas dari bahan logam.





Hasilnya berwujud benda-benda yang digunakan untuk acara sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara budpekerti. Hasil benda-benda ini pun masih bertahan sampai abad modern walaupun sebagian telah berbentukartefak.





Umumnya, manusia purba pada zaman ini memakai dua tata cara yakni a cire perdue dan juga bivalve untuk mengolah bijih logam menjadi perkakas logam.





 



Mempunyai Pengetahuan Tentang Alam





Perkembangan ilmu pengetahuan seputar alam telah terjadi di periode perundagian. Manusia telah mengenal adanya dua trend dan dinamika cuaca serta iklim setempat mereka.





Manusia semasa ini juga sudah mengetahui beberapa gejala alam mirip perubahan siang dan malam, adanya angin, dan lain-lain. Manusia purba mengenali tanda-tanda alam jika ingin melaksanakan acara.





Meskipun begitu, wawasan ini belum sampai ranah sains dan pengertian mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pengetahuan yang ada masih sebatas mengenali bahwa hal-hal tersebut terjadi dan mensugesti dinamika hidup mereka.





 



Menerapkan Sistem Bercocok Tanam





Manusia primitif di era perundagian sudah mengenal tata cara bercocok tanam yang sungguh sederhana. Hal ini mendorong mereka untuk menetap dan mulai menggarap lahan-lahan yang relatif subur.





Karena kehidupan mereka sudah tidak nomaden, insan purba pun mengenal tata cara pembagian kerja.





Ada yang bertugas untuk cocok tanam, ada yang mengolah kuliner, ada yang memproduksi alat kerja, dan pembagian tugas lain dalam lingkup sederhana.





Hal inilah yang kelak akan mendorong terciptanya tatanan sosial dan struktur sosial pada kelompok-golongan manusia purba ini.





 



Mulai Tercipta Keteraturan Sosial





Dari aspek kehidupan sosial, kurun perundagian sudah ditandai dengan ciri-ciri terciptanya struktur sosial dan juga keteraturan sosial.





Manusia purba pada era ini mengangkat satu diantara mereka sebagai kepala suku atau pemimpin. Seiring kian banyaknya jumlah penduduk yang tinggal, maka dibutuhkan lebih banyak lagi pembagian kerja dan juga posisi-posisi kekuasaan.





Meskipun begitu, secara lazim pembagiannya ialah pria berburu atau bercocok tanam, sedangkan wanita melaksanakan pekerjaan rumah, mengolah kuliner dan aktivitas jual beli.





 



Kehidupan Sosial Masa Perundagian





Kehidupan sosial pada masa perundagian




Secara biasa , kehidupan sosial insan purba pada kala perundagian dapat dideskripsikan oleh poin-poin dibawah ini





  • Jumlah penduduk yang tinggal dalam sebuah kalangan semakin meningkat seiring dengan pengelolaan pertanian dan perternakan yang kian berkembang.
  • Manusia purba telah mempunyai wawasan perihal gejala alam dan animo.
  • Ada masyarakat yang timbul dari kalangan undagi, yakni golongan insan purba yang sangat ahli dalam mengelola benda logam.
  • Dari segi sosial, kehidupan bermasyarakat pada golongan-golongan sosial di masa ini telah kian terencana. Contohnya adalah telah diterapkannya pembagian kerja yang terang dan baik
  • Sitem pembagian kerja antar masyarakat sudah kian kompleks, yang mana para kaum perempuan tidak hanya bekerja di rumah saja, tetapi mereka juga sudah mulai melakukan jual beli di pasar dan antar golongan




Jika ditilik lebih lanjut, contoh kehidupan tersebut mempunyai kaitan yang dekat dengan ciri-ciri yang sudah kita diskusikan pada bab sebelumnya.





Disini, peradaban manusia telah cukup maju dan sudah mempunyai alat-alat perkakas yang cukup canggih dan terbuat dari logam. Alat-alat baru ini meningkatkan produktivitas dan juga perekonomian manusia pada ketika itu.





 



Kepercayaan Masyarakat Masa Perundagian





Kepercayaan masyarakat pada masa perundagian




Seperti yang sudah dijelaskan diatas, terdapat 2 jenis keyakinan yang secara lazim dianut oleh penduduk pada zaman perundagian. Kedua iman tersebut adalah animisme dan juga dinamisme.





Meskipun sama-sama ialah iman paganisme, kedua akidah ini memiliki beberapa perbedaan.





Animisme





Dalam iman animisme, masyarakat undagi yakin bahwa roh-roh leluhur mereka masih ada di dunia dan mengawasi setiap gerak-gerik mereka.





Roh-roh leluhur tersebut diandalkan memiliki kekuatan ghaib dan kesaktian tertentu yang dapat membantu manusia. Oleh sebab itu, insan harus selalu mempertahankan hubungan yang baik dengan para roh leluhur tersebut supaya dibantu dan dilancarkan acara sehari-harinya.





Disini juga terdapat kasta-kasta antara roh leluhur, ada yang dianggap tetua ada pula yang dianggap layaknya roh biasa dan tidak banyak pemujanya.





 



Dinamisme





Dalam keyakinan dinamisme, masyarakat percaya bahwa benda-benda di alam mempunyai kekuatan mistis tersendiri. Sama mirip animisme, kekuatan mistis tersebut diperlukan mampu menolong kehidupan insan sehari-hari.





Contoh dari penyembahan ini yaitu kepada pohon besar, batu besar, ataupun kepada senjata keramat yang diyakini memiliki kekuatan ghaib tertentu.





 



Teknik Pengolahan Logam Masa Perundagian





Pengolahan logam pada masa perundagian




Pada era perundagian, insan sudah mengembangkan teknologi untuk mengolah bijih logam menjadi alat-alat perkakas sehari-hari. Pengolahan logam ini diraih dengan mempergunakan dua teknik adalah a cire perdue dan juga bivalve.





A Cire Perdue





Teknik a cire perdue merupakan teknik mencetak cairan logam dalam cetakan-cetakan yang dibentuk dari tanah liat.





Pertama, manusia purba membentuk model dari lilin yang lalu akan dibungkus oleh tanah liat. Ketika telah mengering tanah liatnya, maka akan dituangkan cairan logam ke dalam lilinnya sehingga lilin mencair dan tergantukan oleh cairan logam.





Ketika cairan logam sudah mengeras dan mendingin, tanah liat tersebut dipecahkan untuk mengeluarkan perkakas logam yang telah mengeras tadi.





 



Bivalve





Teknik bivalve merupakan teknik mencetak cairan logam dalam cetakan-cetakan dari kerikil atau bahan lainnya yang mampu digunakan berulang-ulang kali.





Cetakan ini tersusun dari dua bagian yang memiliki rongga ditengah sehingga mampu dituang cairan logamnya. Ketika cairan logam sudah mengeras dan juga mendingin, kedua bab ini dapat ditarik untuk mengambil logam yang telah terbentuk ditengahnya.





 



Peninggalan Masa Perundagian





Peninggalan masa perundagian




Keterampilan pembuatan logam yang tinggi pada masa perundagian ini menyebabkan penduduk pra aksara pada zaman ini memiliki banyak sekali peninggalan budaya yang unik dan mempesona.





Sumber sejarah peradaban insan pada abad perundagian antara lain yakni





  • Kapak corong
  • Arca Perunggu
  • Bejana Perunggu
  • Nekara
  • Moko
  • Candrasa
  • Perhiasan




Agar kalian lebih mudah memahami peninggalan-peninggalan tersebut, kita akan membahas secara lebih detail dibawah ini.





Kapak Corong





Kapak corong menjadi salah satu peninggalan abad perundagian yang otentik, alasannya adalah dengan menganalisis dan mengkaji bentuknya, tidak didapatkan perabot lain serupa kapak corong di zaman manapun.





Kapak ini berbentuk seperti corong dengan bilah yang dibentuk dari materi logam. Sebagian lain menyebutnya kapak sepatu, alasannya bentuknya juga mirip sepatu.





Di bagian corong kapak terdapat tangkai kayu yang menyiku menuju bidang kapak.





Tujuannya untuk memudahkan pada dikala dipakai membelah sesuatu. Kapak ini pertama kali ditemukan di tempat Sumatera Selatan, lalu ada juga yang ditemui di Selayar, Bali, Sulawesi Tengah, hingga Papua.





 



Arca Perunggu





Masa perundagian juga meninggalkan jejak peninggalan bersejarah berupa arca perunggu.





Pada zaman perundagian, arca sudah dibuat dari materi perunggu dan nantinya besi. Bentuknya mampu ibarat hewan ataupun replika manusia.





Ada yang mempunyai contoh menari, memanah, menaiki kuda, ada juga yang bangkit. Arca perunggu ditemukan tersebar di Nusantara seperti di Palembang, Riau, Lumajang, dan Bogor.





 



Bejana Perunggu





Sebelum periode perundagian, bekerjsama manusia purba telah memakai bejana dalam kehidupan sehari-hari.





Mereka memanfaatkannya sebagai tempat untuk meletakkan air atau hasil buruan. Namun di zaman perundagian, ember yang dibentuk sudah berbentukhasil olahan bahan perunggu.





Bejana yang dibentuk pada zaman ini lebih kuat, bentuknya pun lebih anggun dengan acuan hias tertentu yang khas di setiap kebudayaan.





 



Nekara





Nekara merupakan peninggalan hasil kebudayaan era perundagian yang berupa seperti berumbung yang dibuat dari perunggu. Pada bab tengahnya berpinggang serta di satu sisi atasnya ada epilog.





Nekara ini lazimnya dijadikan selaku benda keramat yang sering dipakai saat menyelenggarakan upacara suci, contohnya jikalau ingin meminta hujan.





 



Moko





Moko yakni suatu benda yang bentuknya mirip tambur dengan ciri khas penutup di beberapa bagian.





Jika dibandingkan dengan nekara, bentuk moko lebih ramping dan lebih kecil. Lazimnya moko dijadikan selaku mas kawin, alat musik, atau benda pusaka yang disimpan baik-baik.





Alat ini ditemukan tersebar di daerah Jawa, Sumatera, Sumbawa, Bali, serta Rote.





 



Perhiasan





Manusia prasejarah ternyata sudah memiliki kesanggupan untuk membuat aksesori dari bijih logam. Hal ini dibuktikan dengan penemuan artefak tambahan di beberapa daerah seperti Malang, Bogor, dan Bali.





Perhiasan yang diciptakan saat kurun perundagian ini telah cukup bermacam-macam. Contohnya yakni gelang, bandul, kalung, gelang kaki, dan lain-lain dengan bermacam-macam motif sederhana.





 



Candrasa





Candrasa ialah salah satu peninggalan insan purba di abad perundagian yang nyaris serupa dengan kapak corong, tetapi di satu sisinya memanjang.





Bentuk candrasa lebih indah, alasannya di beberapa bagian terdapat dekorasi ornamen yang cantik. Candrasa ini diyakini berfungsi selaku simbol kebesaran kepala suku serta dijadikan selaku alat upacara etika.





Itulah berita seputar periode perundagian yang terjadi puluhan ribu tahun lalu. Seiring kemajuan teladan pemikiran manusia prasejarah, kehidupan mereka pun kian bergeser ke arah yang lebih maju.





Jika dulu alat dan teknologi sederhana dibuat dari tulang hewan yang telah mati, di kurun perundagian ini sudah mengenal proses pengolahan logam untuk pengerjaan alat lebih praktis.



Sumber ty.com


EmoticonEmoticon