Kamis, 16 Juli 2020

Chauvinisme: Pengertian, Ciri, Sejarah, Dan Dampaknya


Chauvinisme pada dasarnya yakni bentuk rasa cinta maupun fanatisme terhadap sebuah hal. Paham ini merupakan pengertian dimana kesetiaan terhadap bangsa maupun tanah air dijalankan secara penuh, bahkan mampu dinilai berlebihan.





Paham ini dianggap cukup ekstrim dan menerima banyak kritik, alasannya adalah padangan ini kerap tidak mengamati persepsi orang lain.





Bentuk rasa cinta yang dilaksanakan oleh seseorang yang memiliki paham Chauvinisme lazimnya terlihat dalam bentuk pengagungan bangsa sendiri, serta merendahkan bangsa lain yang menurutnya hidup dan bertingkah di luar negaranya.





Sikap ini dinilai merupakan perilaku negatif, yang hendak memicu permusuhan dan kemarahan dari bangsa lain.






Pengertian Chauvinisme





Untuk menolong Anda mengerti apa itu chauvinisme, berikut merupakan pengertian dan pengertian mengenai perumpamaan ini dari beberapa ahli





Inoviana





Inoviana menjelaskan mengenai paham ini berupa kesetiaan ekstrim yang dimiliki oleh suatu pihak, pihak ini tidak mau mempertimbangkan pendapat maupun persepsi orang lain yang merupakan bangsa dari negara yang berlainan dengannya.





 



Saint Times





Senada dengan Inoviana, Saint Times mengambarkan Chauvinisme sebagai rasa cinta yang berlebihan kepada tanah air, mengagungkan bangsa sendiri, sekaligus merendahkan bangsa lain dengan argumentasi fanatisme.





 



Miranda Laurensi





Menurut Miranda, pemahaman dari paham ini ialah sebagai berikut: langkah-langkah yang mengagungkan sebuah negara, utamanya negara tertentu kawasan ia lahir, dan memberikan pandangan remeh terhadap negara di luar negaranya.





Ciri khas dari paham chauvinisme adalah merendahkan negara lain dan menghinanya serta membanding-bandingkan negara tersebut dengan negara sendiri.





 



Mac Millan dan Palgrave





Menurut Mac Millan dan Palgrave, Chauvinisme yakni kebanggan berlebihan terhadap keunggulan bangsa atau suku sendiri sehingga menilai bangsa atau suku lain lebih lemah dan bernilai rendah.





 



Hannah Arendt





Arendt, seorang peneliti politik menyatakan bahwa pada dasarnya, desain Chauvinisme yakni





Chauvinism is an almost natural product of the national concept in so far as it springs directly from the old idea of the “national mission.” … [A] nation’s mission might be interpreted precisely as bringing its light to other, less fortunate peoples that, for whatever reason, have miraculously been left by history without a national mission. As long as this concept did not develop into the ideology of chauvinism and remained in the rather vague realm of national or even nationalistic pride, it frequently resulted in a high sense of responsibility for the welfare of backward people





Pada dasarnya, Chauvinisme ini dianggap sebagai hasil dari kebanggan terhadap identitas nasional yang berlebihan, sehingga merasa lebih unggul daripada negara yang lain.





Namun, perasaan keunggulan ini bukan menghasilkan kebanggan, tetapi justru meremehkan dan juga merendahkan identitas nasional negara yang lain. Hal inilah yang membuat Chauvinisme dianggap selaku perilaku yang kurang bijak oleh banyak ahli serta pengamat politik.





 



Sejarah Chauvinisme





Chauvinisme berasal dari salah satu tentara napoleon yaitu Nicholas Chauvin




Asal mula nama dari paham ini mulai timbul dikala masa kolonialisme berjalan di dunia. Napoleon Bonaparte ialah seorang pemimpin ulung yang memiliki banyak serdadu, salah satu nama serdadu yang beliau miliki yaitu Nicholas Chauvin.





Belakangan dikenali bahwa Chauvin ini merupakan tokoh dan serdadu fiktif, tetapi dijadikan selaku sumber sebuah pengertian.





Nicholas Chauvin ialah orang yang setia, bahkan dikala Napoleon Bonaparte kalah perang dan dibuang, Nicholas tetap mendampinginya.





Arti dan makana chauvinisme berasal dari namanya yang melambangkan konsep kesetiaan. Walaupun begitu, seperti yang sudah dijelaskan diatas, sosok Nicholas Chauvin ini ternyata hanya berupa karakter fiktif.





Nama Nicholas Chauvin tidak bisa Anda peroleh dalam sejarah penulisan akademis, namun ia tercipta dari kenangan kolektif banyak orang.





Bahkan beliau masuk ke dalam kisah legenda, folklore, serta lagu dalam aneka macam pertunjukan perihal cerita hidup dan peperangan Napoleon Bonaparte.





Sifat Nicholas Chauvin ini menjadi wakil dari sifat fanatisme yang dipegangnya, bahkan sampai mati. Walaupun pimpinan ataupun tokoh yang beliau puja mengalami nasib yang jelek, atau mempunyai ideologi yang salah, Chauvin tetap mengikutinya dan bersikap dengan royal.





Pandangan kesetiaan kepada seseorang inilah dasar dari pengertian Chauvinisme.





Karena itu, walaupun banyak jago yang menunjukkan pengertian, pemahaman, serta jenis yang berbeda terhadap paham chauvinisme. Secara umum, sekarang disepakati bahwa paham ini merupakan paham kecintaan yang berlebihan pada suatu negara dan rela berkorban untuknya, sesuai dengan moral Nicholas Chauvin.





 



Ciri-Ciri Chauvaninsme





Anda bisa mengenali seseorang mempunyai sifat dan paham ini dengan memperhatikan tingkah dan perilakunya.





Banyak tokoh sejarah yang dinilai mempunyai sifat ini, dan tindakannya dikecam karena merugikan banyak negara lain atau pihak yang berlawanan pandangan dengannya.





Secara lazim, ciri-ciri dari sikap dan pandangan Chauvinisme ialah selaku berikut





  • Menganggap rendah bangsa lain
  • Fanatik kepada negaranya
  • Membenci bangsa yang lain
  • Perlakuannya kurang menyenangkan




Agar kalian dapat mengerti dengan lebih baik konsep ini, kita akan coba membicarakan secara satu per satu ciri-ciri diatas.





Menganggap Rendah Bangsa Lain





Seseorang yang mempunyai sifat Chauvinisme kerap memberikan respon atau perilaku yang rendah terhadap bangsa dari negara lain, terutama ketika dia berpandangan perihal paham ini.





Menurut mereka, negara yang bersebrangan usulan dengan dirinya, berlainan kebiasaan, ataupun beda kawasan dengan mereka bukanlah negara yang berdaulat.





Inilah yang membuat banyak orang dengan paham ini melakukan langkah-langkah semena-mena dan merugikan bangsa lain.





Sebab mereka beropini, negara lain tidak akan punya imbas maupun kekuatan apapun. Oleh alasannya adalah itu, negara lain dispekulasikan sebagai negara yang lemah dan remeh.





 



Fanatik Terhadap Negaranya





Chauvinisme pada dasarnya adalah fanatisme berlebihan




Ciri lainnya dari seseorang yang mempunyai pemahaman chauvinisme adalah perilaku fanatisnya kepada negara dimana dia menjadi warga negaranya.





Paham ini tidak cuma dimiliki oleh masyarakat saja, namun terkadang juga oleh pemimpin negara dan tokoh-tokoh pemerintahan dan masyarakat yang ada di negara tersebut.





Ketika paham ini sudah menyebar ke seluruh unsur penduduk , maka mampu menimbulkan ukiran-gesekan dengan negara lain. Bukan cuma pada taraf diplomatis luar negri, tetapi pada taraf interaksi antar warga negara di ranah digital ataupun dikala berwisata/berkunjung.





Walaupun tindakan yang dijalankan ialah tindakan negatif dan merupakan negara atau suku lain, masyarakat suatu negara tetap akan fanatis. Inilah yang menjadikan paham ini mendapatkan banyak kritik dari pengamat dan jago terbaru.





 



Membenci Bangsa Lain





Salah satu ciri yang melekat pada orang yang mengagungkan fanatisme terhadap tanah airnya ialah merendahkan bangsa lain, bahkan sampai membencinya.





Tanpa karena dan teladan pikir yang rasional, mereka akan membenci eksistensi bangsa lain dan menjajal untuk mengusik kedamaian yang telah ada.





Berbagai perilaku tidak menggembirakan akan dilayangkan ke masyarakat negara lain, baik itu perendahan, tidak mengakui kedaulatan yang dimiliki, atau bahkan pemusnahan suatu bangsa tertentu.





Chauvinisme juga sering mengesampingkan kedamaian yang ada, sampai terkadang mampu menyebabkan pertempuran dan pertentangan antar negara. Oleh alasannya adalah itu, perilaku ini sungguh berbahaya bagi perdamaian dunia.





 



Perilaku yang Kurang Menyenangkan





Selain tidak senang bangsa lain, orang-orang yang mempunyai sifat Chauvinisme juga kerap meremehkan bangsa lain sehingga condong bersikap kurang sopan atau buruk kepada negara lain.





Hal ini berawal dari pandangan bahwa negara ataupun bangsa lain lebih rendah ketimbang bangsanya. Karena mereka lebih rendah, maka tidak ada salahnya kalau mereka diperlakukan lebih buruk bukan?





Logika inilah yang kerap menjadikan orang-orang Chauvinis memperlakukan orang-orang lain dari negara atau bangsa yang berlawanan dengan sikap yang kurang menyenangkan.





 



Dampak dari Perilaku Chauvinisme





Salah satu dampak negatif Chauvinisme adalah konflik dengan negara lain




Ada banyak sekali pengaruh dari sikap yang dihasilkan oleh paham ini, ada yang konkret tetapi banyak juga yang negatif.





Pada bagian ini, kita akan mencoba meninjau pengaruh Chauvinisme, baik yang faktual maupun yang negatif.





Dampak Negatif Chauvinisme





Karena merupakan fanatisme yang berlebihan, pastinya ia mampu menawarkan imbas negatif pada kedamaian dan keberlangsungan hidup sebuah bangsa lain.





Berikut ini yaitu beberapa imbas negatif yang disebabkan oleh Chauvinisme





  • Menyebabkan adanya perpecahan, pertikaian, dan pertempuran antar bangsa dan negara
  • Merusak perdamaian dunia yang sudah terjalin dengan baik
  • Menyebabkan terhambatnya pembangunan dan juga jual beli internasional, karena menutup diri dari negara lain
  • Mengakibatkan seseorang menjadi orang yang tertutup dan sukar bersosialisasi dengan orang lain.
  • Chauvisnisme cenderung menciptakan seseorang senantiasa beranggapan negatif terhadap bangsa lain dalam aneka macam hal.




Paham ini juga bisa menghancurkan perdamaian dunia alasannya pengikutnya cenderung suka mengakibatkan pertentangan dengan negara lain, khususnya yang dianggap lebih rendah.





Apalagi kalau militer yang dimiliki besar lengan berkuasa, bangsa dengan paham chauvinisme ini bisa menyebabkan pertikaian dan peperangan dengan negara lain dengan sangat gampang.





Pada karenanya, paham ini justru akan mempersulit negara itu sendiri alasannya mengakibatkan pertentangan dan peperangan dengan negara lain. Padahal, mirip yang kita ketahui, hubungan dan perdagangan dengan negara lain itu sangat berguna.





 



Dampak Positif Chauvinisme





Walaupun banyak yang mengkritik paham chauvinisme ini, tetapi bukan berarti beliau tidak menenteng pengaruh yang aktual. Setidaknya terdapat beberapa negara atau pemerintahan yang terang-terangan menggunakan paham ini.





Umumnya, Chauvinisme dibiarkan selaku sebuah alat untuk mempersatukan negara dalam satu kedaulatan pemerintah dan kebanggaan akan negara itu sendiri.





Berikut ini adalah beberapa efek nyata dari penerapan paham Chauvinisme pada sebuah masyarakat





  • Daya juang masyarakat tinggi untuk membela bangsa dan negara
  • Mempermudah pemerintah untuk mengarahkan arah gerak negara
  • Memupuk kesatuan dan persatuan suatu negara
  • Membuat warga negara mempunyai tujuan yang satu, entah itu untuk mengalahkan negara lain atau melampauinya




Ketika telah terbangun kebanggaan, maka proses pemerintahan pun akan berlangsung dengan tanpa kendala, alasannya rakyat berada dalam satu kesatuan dan tunduk kepada pemimpinnya. Selain itu, rakyat juga akan mau untuk berjuang





Umumnya suatu negara yang menggunakan paham ini merupakan negara dengan satu suku atau berada di suatu daerah yang sama dan cukup dekat, sehingga lebih tercipta rasa kebersamaan yang tinggi.





Terlihat beberapa negara menggunakan paham ini sebagai paham pemersatu bangsanya, adalah Jerman ketika kala kekaisaran dan dikala kurun NSDAP, serta Jepang pasca restorasi Meiji.





Kedua negara tersebut mampu bersatu dalam kebanggan kepada negara sendiri dan menaklukan negara lain dengan militer yang cukup kuat.





 



Contoh Perilaku Chauvinisme





Hitler dan nazi jerman adalah salah satu contoh Chauvinisme




Diatas kita telah cukup banyak membahas mengenai pengertian dan juga dampak dari paham Chauvinisme ini. Sekarang, kita akan menjajal untuk mengkontekskan paham ini dengan sikap sehari-hari yang dapat dilihat di penduduk .





Chauvinisme dalam Konteks Partai





Politik kepartaian merupakan salah satu wadah Chauvinisme yang cukup sering kita lihat di kehidupan sehari-hari. Disini, anggota partai kerap menganggap bahwa partainya merupakan yang terbaik dan tidak pernah salah.





Hal ini menimbulkan kader-kader partai tersebut menjadi fanatik terhadap ideologi partai dan apapun yang dilakukan oleh partainya. Fanatisme ini berbahaya sebab dapat bermuara kepada pertentangan dengan partai yang lain.





Bahkan, mereka tidak mau mengakui saat partainya melakukan kesalahan dan justru menyalahkan pihak lain atas kesalahan-kesalahan tersebut.





 



Chauvinisme Terhadap Tokoh atau Pemimpin





Chauvinisme juga dapat terbentuk terhadap tokoh atau pemimpin suatu negara/komunitas tertentu. Hal ini mengakibatkan pengikutnya menjadi tidak sensitif terhadap kekurangan-kekurangan pemimpinnya dan cuma melihat segi positifnya saja.





Hal ini menjadi berbahaya dikala komunitas tersebut muncul di dalam masyarakat yang heterogen dan memiliki banyak komunitas. Pengikut yang buta kepada kekurangan kelompoknya dan cuma mampu menyaksikan segi negatif kalangan lain pastinya akan menjadikan pertentangan antar komunitas tersebut.





Contohnya yaitu Adolf Hitler, pemimpin Nazi Jerman yang sangat karismatik dan dipercaya oleh pengikut-pengikutnya. Sayangnya, Hitler cukup radikal dan menganggap kaum Yahudi sebagai kelompok rendah yang mesti dimusnahkan.





Meskipun hal ini bertentangan dengan hak asasi manusia, pengikutnya tidak ada yang memperdulikan hal itu alasannya adalah Hitler dianggap selaku orang paling benar yang tidak mungkin salah.





 



Chauvinisme dalam Agama





Chauvinisme juga dapat timbul dalam kehidupan beragama, khususnya di Indonesia yang mempunyai keberagaman agama yang cukup tinggi. Seperti yang kita ketahui, Indonesia mempunyai 6 agama besar dan ratusan keyakinan dan agama-agama setempat yang lain.





Rasa bahwa satu agama lebih superior dibandingkan agama yang lain sangat rentan untuk terbentuk. Terlebih lagi di tempat-tempat tertentu yang mana golongan agama ini hidup secara tersegregasi dan bukan dalam satu komunitas yang padu.





Bahkan, chauvinisme dalam agama ini juga mampu menjadikan politik identitas antar pengikut agama-agamanya. Padahal, seperti yang kita pahami, semua agama mendukung perdamaian dan perwujudan masyarakat yang madani.





 



Apakah Indonesia Menerapkan Chauvinisme?





Secara lazim, Indonesia sebagai suatu negara tidak mendukung ataupun menerapkan paham Chauvinisme dalam ideologi bangsa ataupun dokumen dan arah gerak kenegaraan lainnya.





Hal ini terjadi alasannya Chauvinisme dianggap kurang sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.





Selain itu, paham ini juga kurang sesuai dengan kebijakan politik luar negri Indonesia yakni bebas dan aktif serta mendukung terbentuknya kedamaian dunia. Paham Chauvinisme justru akan menjadikan terjadinya konflik antar negara, atau bahkan Indonesia yang menjadi penggagas konfliknya.





Oleh sebab itu, Indonesia sendiri memakai paham patriotisme untuk merealisasikan kesatuan dan persatuan Indonesia.





Paham Patriotisme menerangkan bahwa seseorang mampu mengasihi dan mendukung negaranya, tanpa mesti merendahkan dan menjelekkan negara lainnya.





Itulah klarifikasi mengenai chauvinisme beserta ciri-ciri dan acuan-misalnya. Semoga informasi tersebut dapat menambah pengetahuan Anda mengenai apa itu paham fanatisme pada suatu negara! Jangan sampai kalian terjebak dalam faham radikal ini ya sobat-sahabat.





Berjiwa patriot itu sifatnya wajib, namun kalau telah merendahkan dan mencari masalah dengan negara lain, itu namanya bukan patriot, namun Chauvinis!



Sumber ty.com


EmoticonEmoticon