Senin, 13 Juli 2020

Meganthropus Paleojavanicus: Pengertian, Sejarah, Dan Cirinya


Meganthropus Paleojavanicus yakni salah satu manusia purba pertama di Indonesia. Penemuan insan purba ini mendorong arkeolog untuk mengeksplorasi dan melaksanakan ekskavasi besar-besaran di Indonesia, untuk mendapatkan fosil-fosil serta peninggalan sejarah yang lain.





Pada postingan kali ini, kita akan membicarakan secara lebih mendalam tentang meganthropus paleojavanicus, mulai dari pengertiannya, sejarahnya, ciri-cirinya, sampai jenis-jenisnya.






Pengertian Meganthropus Paleojavanicus





Meganthropus Paleojavanicus yaitu insan purba tertua di Indonesia yang memiliki ukuran tubuh sungguh besar. Nama ini berasal dari susunan 4 kata, diantaranya mirip Mega memiliki arti besar, Anthropus yaitu manusia, Paleo adalah paling renta, dan Javanicus adalah Jawa.





Meganthropus Paleojavanicus mampu dimaknai sebagai kumpulan-kumpulan dari koleksi fosil yang sangat mirip dengan manusia purba dan di dapatkan pada salah satu daerah yang ada di Indonesia.





Fosil manusia purba ini ditemukan disekitar DAS Solo oleh Von Koenigswald, seorang naturalis, palaeontolog, dan juga arkeolog asal Jerman-Belanda. Penemuan ini dimulai pada tahun 1936 silam dan berakhir 1941.





Von Koenigswald yang digadang menjadi penemunya juga mengartikan sendiri perihal Meganthropus Paleojavanicus yaitu sebagai insan bertubuh besar atau raksasa yang berasal dari Jawa.





Tentu saja definisi ini mempunyai acuan Sangiran yang masih berada di pulau tersebut dan dilansir sebagai lokasi penemuannya.





 



Sejarah Meganthropus Paleojavanicus





Von Koenigswald merupakan penemu dari Meganthropus Paleojavanicus




Setelah mengetahui pengertian dari meganthropus, sekarang kita akan menjajal untuk memeriksa sejarah dari manusia purba ini.





Penemuan dari fosil meganthropus sendiri terbagi menjadi beberapa bagian, mulai dari awal penemuannya, sumbangsih von Koenigswald, sampai penamaannya selaku meganthropus paleojavanicus.





Awal Penemuan





Pada jaman purba kurun sudah ada gejala kehidupan yang konon katanya dihuni oleh manusia besar dan jauh berlawanan dibandingakn dengan sekarang. Manusia ini dianggap mempunyai ketinggian di atas rata-rata layaknya orang sekarang yakni meraih 2,5 meter dengan otot-otot yang kuat mirip raksasa.





Salah satu insan yang hidup pada zaman ini yakni Meganthropus Paleojavanicus.





Pertama kalinya fosil tersebut ditemukan oleh GHR Von Koeningswald pada tahun 1936 hingga 1941 sampai di situs Sangiran. Dari sinilah ada dua bab kepala dari insan purba Meganthropus Paleojavanicus yakni bab rahang bawah dan atas.





Menurut iktikad dari Von Koeningswald insan purba jenis ini menjadi yang paling bau tanah di pulau Jawa dengan asumsi hidup sekitar 1 sampai 2 juta tahun yang kemudian.





Lebih tepatnya saat peradaban insan masih berada di fase Paleolithikum atau sering disebut selaku jaman batu renta.





 



Perjalanan Von Koeningswald





Perjalanan yang dilaksanakan Von Koeningswald untuk memperoleh fosil-fosil insan purba sangat sarat dengan perjuangan.





Pada tahun 1936, Koenigswald melaksanakan penyisiran pada lembah Bengawan Solo yang ada di Sangiran, Sragen, Jawa Tengah untuk menemukan fosil-fosil serta artefak purba.





Pada hasilnya, Von Koeningswald sukses memperoleh fosil manusia purba meskipun cuma berupa tengkoraknya saja. Baru setelah itu banyak dari ilmuwan yang berbondong-bondong untuk melakukan penelitian kepada fosil yang telah didapatkan itu.





Fosil ini pun kelak akan menjadi fosil yang kita kenal sebagai meganthropus dan menjadi salah satu fosil manusia purba tertua yang ditemukan di Indonesia dan bahkan dunia.





 



Pemberian nama Meganthropus Paleojavanicus





Pemberian nama ini disesuaikan dengan kondisi fosil dan hasil observasi yang sudah ditemukan oleh penemunya.





Meskipun didapati dari Sangiran akan namun manusia purba satu ini memiliki karakteristik yang berlawanan dari penemuan sebelumnya, khususnya pada ketinggian badan.





Meganthropus Paleojavanicus dibuktikan mempunyai geraham yang sama dengan milik manusia jaman sekarang dan bukan mirip monyet.





Setelah mengenali nama yang tepat para ilmuwan menunjukkan kesimpulan bahwa manusia ini ialah makhluk vegetarian yang mengkonsumsi berkembang-tumbuhan.





 



Cara Bertahan Hidup





Kehidupan manusia purba jenis ini juga sungguh primitive dimana hutan dan goa menjadi rumah yang sering digunakannya untuk berteduh. Cara bertahan hidup pun juga sangat sederhana yaitu mengandalkan hasil alam yang menjadi sumber utama untuk makanannya.





Jika kawasan tinggalnya sudah tidak mampu mencukupi keperluan makanannya maka Meganthropus Paleojavanicus akan berpindah tempat ke kawasan yang lebih strategis. Sedangkan untuk mengelolanya penggunaan alat-alat agresif masih menjadi perkakas yang digunakan.





Hal ini disebabkan hasil perlengkapan tersebut dibuat dengan cara membenturkan satu kerikil ke watu lainnya. Serpihan atau serpihan itulah yang lalu menjadi alat yang bernama kapak. Dimana fungsi khususnya ialah untuk mengumpulkan makanan dan memasak.





 



Penelitian Lebih Lanjut





Penelitian yang dilaksanakan oleh Von Koeningswald selsai pada tahun 1942 karena terjadi perang dunia kedua dan kekuasaan Belanda di Indonesia sukses dipatahkan oleh Jepang.





Oleh alasannya itu, kelanjutan dari penelitian diserahkan oleh ilmuwan lain yang berjulukan Franz Weidenreich, dengan perolehan fakta gres ialah rahang fosil tersebut mirip dengan gorilla, akan tetapi ukurannya jauh lebih besar.





Kemudian sesudah itu penemuan-inovasi terkait fosil-fosil gres terus berkelanjutan pada waktu ke waktu.





Sejumlah ilmuwan tangguh juga sukses memperoleh beberapa tengkorak serupa, khususnya di kawasan Sangiran dan sekitarnya. Penemuan-inovasi ini akan menjadi salah satu kerikil loncatan yang mendorong aktivitas arkeologi dan penelitian sejarah di Indonesia.





 



Ciri-Ciri Meganthropus Paleojavanicus





Ciri-ciri Meganthropus Paleojavanicus




Manusia purba Meganthropus Paleojavanicus mempunyai beberapa ciri tertentu yang membedakannya dengan insan-manusia purba lainnya. Berikut ini ialah beberapa cirinya





  • Tinggi mencapai 2,5 meter
  • Cara berlangsung seperti orangutan
  • Rahang bawah tebal dan besar lengan berkuasa
  • Geraham mirip manusia
  • Kening menonjol, tulang pipi tebal
  • Volume otak 900cc
  • Tulang ubun-ubun pendek
  • Kening besar




Agar kalian mampu lebih mengerti tiap-tiap ciri diatas, kita akan menggali dan membicarakan secara lebih rinci setiap ciri yang telah dibahas diatas.





Tingginya mencapai 2,5 meter





Ciri-ciri utama yang dimiliki oleh manusia purba Meganthropus Paleojavanicus yaitu badannya yang sangat tinggi. Bahkan, tinggi badannya tercatat ada yang meraih 2,5 meter.





Jika ketimbang insan jaman kini akan sungguh tampakperbedaannya. Hal ini dikarenakan orang-orang modern hanya memiliki batas optimal ketinggian mencapai 1,8 meter saja.





 



Cara berlangsung mirip orangutan





Apabila manusia biasa pada umumnya berlangsung dengan tubuh yang tegak namun tentu saja nenek moyangnya sangat berbeda. Menurut penelitian cara berjalannya lebih diserupakan dengan orangutan adalah agak membungkuk dengan kedua tangan yang dipakai untuk menyangga tubuhnya.





Nenek moyang pertama insan yang mampu berdiri dan berlangsung secara tegak adalah Pithecanthropus Erectus yang hidup lama setelah Meganthropus Paleojavanicus.





 



Rahang bawah yang tebal dan besar lengan berkuasa





Rahang bawah yang tebal dan kuat ini dipakai oleh manusia purba untuk mengunyah masakan dengan tekstur yang keras. Apalagi kehidupannya selaku nomaden membuatnya bergantung dengan alam yang pastinya akan ada banyak tanaman atau buah dengan kulit yang tidak lembut.





 



Geraham seperti manusia





Meskipun bentuk fisiknya lebih mirip dengan kera ataupun gorilla tetapi masih ada satu ciri yang dimiliki oleh manusia kini adalah bentuk gerahamnya.





Akan tetapi gigi beserta rahangnya lebih besar dan kuat ketimbang insan kini. Hal ini berguna untuk mengunyah kuliner-kuliner keras dengan lebih baik.





 



Kening menonjol, tulang pipi tebal





Kening yang dimiliki oleh Meganthropus Paleojavanicus sungguh menonjol dan tebal. Selain itu tulang pipinya pun demikian, sehingga bentuknya lebih terperinci dengan guratan-guratan yang tercetak terang.





 



Volume otaknya mencapai 900 cc





Bertahan hidup di alam menciptakan manusia purba paleojavanicus diberikan volume otak yang meraih 900 cc.





Hal ini menunjukan meskipun kehidupannya dahulu jauh dari kedigdayaan dan kemudahan tetapi daya pikirnya terbilang cukup tinggi sehingga mampu memanfaatkan alam dengan baik.





Contoh alat-alat yang digunakan oleh insan-insan purba ini adalah kapak genggam dan juga kapak perimbas selaku alat bantu mengolah masakan dan berburu.





 



Tulang ubun-ubun pendek dan hidung lebar





Tulang pada ubun-ubun yang dimilikinya nampak pendek namun hidungnya melebar. Dengan begitu memang muka dari manusia purba ini sungguh seperti dengan gorilla, hanya saja ada sejumlah perbedaan fundamental yang tidak mengarahkannya dengan spesies monyet.





 



Pola Hidup Meganthropus Paleojavanicus





Pola hidup meganthropus Paleojavanicus




Meganthropus Paleojavanicus, seperti manusia purba lainnya, masih bersifat nomaden dan juga mengandalkan berburu dan meramu. Artinya, manusia-manusia ini mengandalkan alam untuk bertahan hidup, berbeda dengan manusia sekarang yang mengandalkan logika dan teknologi.





Ketika sumber daya alam dan masakan yang ada di sebuah kawasan habis, maka meganthropus akan berpindah ke daerah lain yang sumber daya alamnya masih berlimpah.





Pola hidup berpindah-pindah ini mungkin terjadi alasannya adalah lazimnya mereka hidup dalam kelompok-kalangan yang relatif kecil dan bersifat hierarkis serta selaku sebuah klan.





Untuk membantu mengolah kuliner dan mengubah alam daerah mereka tinggal, meganthropus paleojavanicus memakai alat-alat batuan mirip kapak genggam dan kapak perimbas. Kedua jenis alat ini berguna untuk memotong-motong makanan hasil buruan mereka.





Demikianlah klarifikasi mengenai Meganthropus Paleojavanicus secara lengkap.





Mempelajari ilmu sejarah akan membuat Anda mengerti terkait beberapa hal, dengan salah satunya jenis manusia purba. Tak cuma itu saja Anda juga bisa membedakan pergantian fisik beserta tingkah laris insan dari satu kurun ke era lain.



Sumber ty.com


EmoticonEmoticon